Putri Melati, Bisnis Tanah Liat Berkeuntungan Miliaran

“Total keuntungan dari rekening yang aku cetak karena waktu itu ada keperluan, dan karyawan bank nya juga kaget apalagi aku tambah kaget karena total keuntungan aku itu udah mencapai 1,8 M dari aku pertama kali buat kantor sekitar 2 tahun yang lalu,” ujar Putri Melati (21) pemilik gerai online Sisterclay.

s__4603925
Putri Melati, pemilik Sisterclay. (sumber: dok. Putri Melati)

Putri, gadis belia yang selalu ingat kala dia baru memulai bisnisnya di tahun 2011 lalu, tak lama setelahnya, dia membangun kantor di tahun 2014. Dia kaget dengan keuntungan yang dia hasilkan sudah mencapai miliaran rupiah, dalam kurun waktu dua tahun terakhir.

biodata-pucen

Siapa sangka pada awal modal nol rupiah, hanya berbahan baku tepung dan lem memiliki nilai jual, yang jika ditotal mencapai milyaran rupiah. Putri Melati Kusumaningrum, lebih akrab dipanggil Pucen, sekarang dia masih berkuliah semester 5 jurusan Bahasa Prancis, UGM, Yogyakarta. Dalam kesibukan kuliahnya, dia masih sempat mengatur bisnis clay miliknya bernama Sisterclay. Clay adalah sejenis lempung atau tanah liat yang dia buat menjadi berbagai macam bentuk.

Rumah sekaligus tempat bisnis Putri yang berada di Jalan Ring Road Utara nomor 34, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta, ini menjadi saksi bisu awal kesuksesannya yang berawal dari hobi, kemudian menjadi sumber penghasilan utama.

“Karena aku awalnya emang cuma hobi bikin kerajinan tangan, dari kertas, tali, benang dan akhirnya aku ketemu sama clay. Dan aku ternyata cocok sama clay ini,” singkat Putri mengenai hobinya.

Meski hanya sekedar hobi, dia tetap terus menekuni apa yang menjadi kesukaannya terhadap kerajinan tangan. Hingga akhirnya setelah cocok dengan clay, Putri mulai mencoba peruntungannya dalam berbisnis.

“Semenjak aku kelas 3 SMP tahun 2011, modal awal bisa dibilang nol, soalnya bahan utama clay itu sebenernya cuma tepung sama lem aja, kebetulan tepung sama lem di rumah udah ada jadi aku tinggal bikin,”  kata Putri.

Dalam bentuk gantungan kunci yang dijual seharga Rp25.000,-, Putri menjualnya dari mulut ke mulut ke teman SMP nya di SMP Negeri 215 Jakarta Barat dan merambah ke sekolah lain. Kemudian beralih menggunakan sosial media, yaitu awalnya BBM. Seiring berjalannya waktu, Putri mencoba untuk memperluas jaringannya dengan melakukan promosi melalui Twitter dan Facebook.

Namun saat puncak semangat Putri berbisnis, ada saja yang datang menghampiri, “Aku sempet kok diketawain karena aku waktu awal itu, aku cuma jual gantungan kunci dari clay.”

Putri tetap teguh menjalani usahanya tersebut tanpa ragu. Motivasinya dalam berbisnis ini datang dari sosok kakak-kakaknya yang juga sudah membangun perusahaan sendiri. Alasannya, karena dia merasa jika dengan berbisnis, hidupnya menjadi lebih enak.

s__4603920
Produk Sisterclay. (sumber: dok. Putri Melati)

Dapat dibilang langkah yang diambil Putri untuk mencoba berbisnis clay tepat, pasalnya pada saat itu clay belum seperti sekarang. Dan itu menjadikan Sisterclay mulai booming dengan pesat.

Clay itu beneran unik banget dan masih jarang yang bikin, gak kayak sekarang udah banyak bermunculan satu per satu dan desainnya pun niruin Sisterclay itu bikin sakit hati,” begitu penjelasan Putri.

Setelah gantungan kunci, Putri tak puas hanya dengan itu, lalu dia mulai membuat clay dalam frame dan patung clay dalam kaca sewaktu SMA. Sistem penjualannya dengan menggunakan kuota, karena pada saat itu pesanan sudah mulai banyak dan masih mengerjakan semuanya sendiri. Calon pembeli tak lagi hanya antar sekolah dan wilayah Jakarta saja. Lambat laun, berdatangan calon pembeli dari berbagai kota besar di Indonesia, seperti Bandung, Jogja, Surabaya, dan kota-kota besar lainnya.

“Harganya satu itu Rp180.000,- jadi per bulan mungkin dulu aku udah bisa hasilin sekitar Rp3jt,” ujarnya. Singkat cerita saat itu Putri mulai memberanikan diri untuk memerkerjakan tiga karyawan untuk membantunya dalam proses produksi. Hal itu dilakukan karena jumlah pesanan yang banyak dan terlebih lagi Putri masih memiliki tanggungan kewajiban sekolah.

s__4603918
Suasana kantor Sisterclay yang sekarang. (sumber: dok. Putri Melati)

Setelah lulus dari SMP dan SMA, Putri kembali ke kampung halamannya di Jogjakarta. Di sana dia mulai membuat rumah produksi Sisterclay di rumahnya yang sekaligus menjadi kantor Sisterclay di tahun 2014. Dengan jumlah karyawan sebanyak 4 orang, dua orang untuk pengrajin, satu untuk packing dan satu lagi untuk admin. Saat ini lah Putri mulai menggunakan Instagram untuk media promosi yang dioperasikan oleh admin dan juga Putri sendiri untuk sekaligus memantau feeds.

“Awalnya yang bikin aku rame banget itu sebenernya Instagram, karena waktu itu lagi hits-hits nya jadi di sana gampang banget promosi,” ujarnya, “Aku bangun Instagram dari nol sampe sekarang aku punya lima Instagram yang followers nya lumayan banyak.”

Dalam waktu 6 bulan setelah kantornya jadi, dia sudah bisa membeli sebuah mobil sendiri.

10269546_10201531099398436_5387768384026134437_n
Putri dengan mobil kesayangannya. (sumber: dok. Putri Melati)

“Alhamdulillah bisa beli mobil dengan penghasilan kantor ku yang baru enam bulan itu. Bulan pertama aku merekrut karyawan dan memekerjakan mereka membuat clay untuk pertama kali,” ungkapnya

“Bulan pertama itu aku dapet 70 juta, dan bulan berikutnya gak jauh berbeda, dan aku jadi tergiur buat beli mobil,” ujar Putri yang sekarang berstatus sebagai mahasiswa jurusan Bahasa Prancis, UGM dan jurusan Manajemen di UPN Veteran Yogyakarta.

Kegigihannya mengantarkannya menuju kesuksesan yang akhirnya dapat menembus omzet milyaran dalam kurun waktu 2 tahun, mampu menghidupi kebutuhan pribadi dan ibunya setiap bulan, serta merenovasi rumah. Dan sekarang dia sudah membuat kantor baru yang lebih besar dari kantornya yang lama.

 

Hal ini yang membuat gadis belia ini menjadi seorang pembicara di beberapa seminar di kampus UGM sebagai pengusaha muda yang masih berkuliah. Beberapa di antaranya di Jogja Online Community dan Fakultas Kehutanan UGM.

Terlepas dari semua itu, Putri sempat mengalami masalah dari salah seorang kepercayaannya di dalam kepengurusan Sisterclay.

“Aku dulu sempet ditipu sama karyawan yang bener-bener kepercayaan aku, yaitu admin aku, sekitar 1-2 tahun gitu, dan ternyata dia korupsi lebih dari Rp100juta yang awalnya dia ngakunya gak lebih dari Rp10juta,” tegasnya.

Namun semua itu menjadi pelajaran yang membangun dan berharga bagi gadis belia asal Jogja ini.

Menurutnya untuk menjadi seorang pengusaha itu harus berani mencoba dan menerima segala resiko yang dihadapi. Karena, kunci utama itu adalah pengalaman. Tanpa adanya pengalaman dan hanya berangan-angan saja, kesuksesan akan jauh dari genggaman kita. Dan dari pengalaman itu dapat diwariskan ke anak cucu kelak.

“Terus aku juga percaya kalo hasil itu gak akan mengkhianati prosesnya jadi kalo emang prosesnya udah panjang, jatuh bangun dan kita gak gampang nyerah pasti hasilnya juga bagus, Insya Allah,” tambahnya.

Leave a comment